Halaman

Rabu, 03 Juni 2020

Kehidupan Normal Baru

Nama   : FITRI
NIM     : 6661190006
Kelas    : 2A Pendidikan kewarganegaraan


Pandemi Covid-19 belum juga bisa dikatakan berakhir.  Namun, kehidupan harus terus berjalan dan tidak bisa selamanya manusia diam mengisolasi diri. Jika hal itu dilakukan, ekonomi bisa runtuh, industri tidak berjalan, masyarakat kehilangan penghasilan, dan terjadi kekacauan. Untuk itu, masyarakat harus mulai membiasakan hidup seperti biasa berdampingan dengan virus corona, tentunya dengan protokol kesehatan yang harus diikuti agar tak turut terjangkit.
Ini kemudian di sebut sebagai kehidupan dengan pola kenormalan baru. Secara sederhana,  new normal ini hanya melanjutkan kebiasaan yang selama ini dilakukan selama isolasi di rumah, ke dalam kehidupan yang lebih luas. Untuk merealisasikan skenario new normal, saat ini pemerintah telah menggandeng seluruh pihak terkait termasuk tokoh masyarakat, para ahli dan para pakar untuk merumuskan protokol atau SOP untuk memastikan masyarakat dapat beraktivitas kembali, tetapi tetap aman dari COVID-19. Protokol ini bukan hanya di bidang ekonomi, tetapi juga pendidikan dan keagamaan, tentu bergantung pada aspek epidemologi dari masing-masing daerah, sehingga penambahan kasus positif bisa ditekan. Di daerah yang tidak terlalu terjangkit virus corona memang kehidupan dilakukan seperti biasanya. Hanya ketika ke bank harus di cek suhu tubuh dan harus mengenakan masker serta pada saat menunggu antrean harus jaga jarak minimal satu meter. Untuk daerah yang terkena atau banyak terjangkit virus corona kebijakan new normal ini sangat beresiko karena jika tidak dilakukan dengan semestinya akan berdampak buruk atau akan menambah kasus yang positif terkena virus corona. Maka dari itu pemerintah harus menghimbau agar semua pihak tetap menjaga kesehatan dan keberhasilan. Terutama agar masyarakat tidak salah pemahaman tentang new normal ini.

Kamis, 07 Mei 2020

Sosial Media

Ig : fitri_rmyanti

wa : 085691072402

Ekonomi kreatif

Gula Merah atau Gula Aren 




Gula merah atau gula aren atau gula jawa, adalah sebutan yang sama untuk satu jenis gula yang dihasilkan dari bahan yang sama yaitu dari pohon aren, harganya yang sedikit mahal ini tentu saja sesuai dengan motif ekonomi semakin langka semakin mahal. Itulah yang terjadi pada komoditas  gula merah Cibaliung yang pernah meraih Musium Record Indonesia.

Mengapa menjadi langka? pertama adalah keberadaan batang arennya yang sudah mulai langka, batang aren atau yang orang Cibaliung sebut sebagai “Kaung” itu tidak pernah benar-benar diurus bahkan nyaris tidak pernah ada yang sengaja menanamnya. Kaung tumbuh dan tersebar secara alami melalui hewan “careuh” atau dalam bahasa Indonesia disebut Luwak, belum lagi batangnya yang kerap kali ditebang untuk dijadikan tepung, menyebabkan batang aren semakin langka, dengan pertumbuhan puluhan tahun agar dia dapat di ambil lahangnya.

Yang membuat gula merah ini langka juga karena proses pembuatannya yang membutuhkan waktu yang lama.

Yang paling lama adalah adanya aren yang bisa di ambil lahang nya, butuh waktu puluhan tahun agar batang aren layak untuk diambil lahang atau air nira nya.

Aren yang bisa diambil adalah yang sudah akan berbuah, pada lengan atau tangkai bunga buah aren harus di pukul-pukul atau bahasa orang Cibaliung disebut di “tinggur” dengan kayu khusus, diselingi dengan di ayun-ayun minimal dua kali dalam seminggu, selama berbulan-bulan, jika dirasa cukup maka proses selanjutnya adalah memotong lengan tersebut atau istilah petani adalah “magas” dengan golok khusus.

Dalam proses magas potongan lengan harus di beesihkan dengan menggunakan kulit kayu manggis, setiap kali dipotong yang kemudian air nira tersebut ditampung pada ruas bambu yang disebut “lodong”

Setiap pagi dan sore lodong diganti dan di ambil untuk dimasak, proses memasak air nira supaya jadi gula merah membutuhkan waktu sekitar enam jam, dengan api yang harus menyala besar, untuk memanaskan kenceng yang berisi air nira tersebut. Selanjutnya jika sudah masak dan layak untuk dicetak, maka cairan gula yang sudah mengental itu akan di cetak kedalam batok, dan jika sudah keras akan dibungkus menggunakan daun salak.

Bambu atau lodong yang tadi digunakan juga harus di “puput” proses mengasapi bagian dalam bambu dengan bambu muda yang dibakar atar asapnya masuk kedalam lodong tersebut.
Jangan lupa juga, saringan lodong yang terbuat dari ijuk aren juga harus dibersihkan agar kualitas gula benar-benar bagus.

Proses panjang itulah menjadikan gula merah Cibaliung menjadi luar biasa, dengan kualitas dan manfaat yang luar biasa untuk kesehatan.

Video

untuk video bisa langsung di akses di link berikut:

https://youtu.be/RUNpohsS2Ag

https://youtu.be/NuIyn95fsEk

Foto

Taman Pintar

cibaliung sumber daya


curug 

sumber : https://spi.or.id/galeri-foto-peringatan-haritani-nasional-2015-di-cibaliung-banten

Travel


Cibaliung terdapat harta karun alam yang masih terpendam, yakni wisata curug atau Air Terjun Tilu Nyi Jompong.

Memang jaraknya dekat dari pusat kota Cibaliung untuk menuju wisata itu, karena cukup menempuh perjalanan sekitar 1 kilometer. Meski begitu, kondisi infrastrukturnya masih tanah, dan melintasi hutan belantara. Tetapi suasana alam seperti itu cocok bagi pelancong wisata yang suka melakukan traveling.
Apalagi, selama diperjalanan para wisatawan bisa melihat panorama alam, pepohonan lebat dan ranting-ranting tanaman yang menghiasi jalur menuju wisata tersebut.

Curug Tilu wisata ini tampak eksotis dan menyimpan nilai sejarah. Sebab, warga menyebut Curug Nyi Jompong karena diambil dari sejarah peninggalan zaman Belanda. Dimana waktu itu, ada seorang gadis cantik bernama Nyai Jompong. Gadis cantik yang tidak pernah memamerkan kecantikannya itu sering mandi di curug tersebut. Sebab, curug itu memiliki keindahan alam dan airnya jernih.

“Sampai sekarang, di curug itu terdapat situs berbentuk lithos atau batu berukuran kecil sebagai patilasan Nyi Jompong. Bahkan, ada tapak kuda dan tambang yang dianggap warga itu bekas peninggalan jejak serdadu Belanda. Apalagi saat musim kemarau, air terjun tersebut tidak pernah kering, dan kalau dilihat dari atas curug, kondisi airnya bisa terlihat merah,” kata Kumaedi, anggota dewan Pandeglang asal daerah pemilihan Cibaliung kepada Kabar Banten, Jumat (3/11/2017).

Menurutnya, kalau pemerintah daerah terus mengembangkan potensi Curug Nyi Jompong ini bisa menjadi ‘grand canyon’ Pandeglang. Sebab, air terjun ini memiliki keajaiban alam, salah satunya bisa berubah warna merah jika datang bulan purnama, dan pada musim kemarau. Apalagi curug ini banyak disinggahi traveling asing dari Belanda. “Ya, wisata ini punya nilai sejarah zaman peninggalan belanda, dan sering ada wisata asing berkunjung ke curug ini,” ujarnya.

Seorang pengunjung wisata Curug Nyi Jompong, Aris Himawan mengakui eksotisme alam wisata tersebut. Selain masih murni, air terjun curug itu tampak dingin dan jernih. Bahkan di bawah curug terdapat banyak situs. Di antaranya berbentuk tapak kuda dan tambang yang disebut peninggalan jejak serdadu Belanda.

Apalagi, lokasi wisata ini tak jauh dari Taman Naional Ujung Kulon dan juga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung. Jika wisata ini dikembangkan bisa menjadi alternatif wisata alam yang akan ramai dikunjungi para traveling wisata.  “Ya, dari jalan raya Cibaliung jaraknya hanya 1 kilometer, dan cocok bagi wisatawan yang suka touring menggunakan sepeda motor,” ucapnya.

Kepala Dinas Pariwisata Pandeglang, Salman Sunardi mengatakan, pemerintah sudah memiliki data potensi wisata alam, seperti wisata Curug Nyi Jompong. Wisata curug umumnya menyimpan banyak nilai sejarah, karena terdapat situs peninggalan zaman Belanda dan Jepang. “Sesuai visi agro wisata bisnis, kita akan terus mengembangkan potensi wisata yang ada di Pandeglang. Apalagi saat ini Pandeglang sedang menjadi pusat perhatian pemerintah pusat sebagai salah satu kawasan ekonomi khusus.


sumber : https://mediabanten.com/bumdes-cibaliung-kembangkan-obyek-wisata-batu-nyi-jompong-yang-haid-bulanan/

Sosial dan Budaya


Masyarakat cibaliung rata-rata berprofesi petani, karena lahan pertanian di cibaliung yang melimpah.
Budaya yang ada di cibaliung ini sangat banyak dimana salah satunya adalah budaya tiap tahun perayaan 17 Augustus dengan memameekan segala kekayaan yang ada di cibaliung. Hanya saja budaya di cibaliung kurang di lestarikan dan akhirnya punah.

Kehidupan Normal Baru

Nama   : FITRI NIM     : 6661190006 Kelas    : 2A Pendidikan kewarganegaraan Pandemi Covid-19 belum juga bisa dikatakan berakhir.  Nam...